Menelaah Maksud dan Tujuan Penciptaan Manusia

Pendahuluan

Sebagaimana kita tahu bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah ta’alaa yang selalu menarik untuk dikaji dan dipelajari baik secara universal maupun parsial termasuk kisah-kisah di dalamnya sekaligus menjadi bukti akan nubuwwah Nabi Muhammad saw. Rangkaian kisah dalam al-Qur’an memuat berbagai permasalahan yang diikuti dengan bukti sejarah terhadap kebenarannya, mengandung nilai-nilai dan makna tinggi sehingga dapat membawa manfaat bagi pembacanya (Rofiqoh & Ansori, 25-26: 2017).

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (QS. Yusuf: 111).

Al-Qur’an dalam memuat kisah tidak bisa disamakan dengan cerita pada umumnya yang meliputi berbagai aspek peristiwa. Maka dari itu perlu penjelasan lebih lanjut atau biasa kita sebut tafsir dengan mengacu pada penjelasan hadist Nabi saw, karena pada faktanya kisah dalam suatu surat misalkan hanya disebut sebagian dan sebagiannya lagi pada surat lainnya, ataupun diungkapkan secara panjang lebar terkadang juga hanya disebutkan secara substansial. Sehingga dalam hal ini kisah Nabi Adam yang merupakan manusia pertama mulai dari penciptaan, latar belakang dan sebagainya memerlukan sub-tema pembahasan agar terstruktur dengan baik melalui pendekatan studi tafsir al-Qur’an karya Ibnu Katsir sebagai acuan utamanya

Proses Penciptaan Manusia

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al-Baqarah: 30).

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah swt mengabarkan berkenaan karunia-Nya hendak menciptakan Bani Adam di tengah para Malaikat dengan fungsi sebagai khalifah (pengganti kaum sebelumnya) di Bumi. Semakna dengan hal tersebut disebutkan pula oleh az-Zamarkasyi dan lainnya yang dinukil oleh al-Qurthubi dari Zaid bin Ali tersebar di beberapa ayat dalam al-Qur’an, antara lain وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ ٱلْأَرْضِ (“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi”. QS. al-An’am: 165), وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ ٱلْأَرْضِ (“dan yang menjadikan kamu ‘manusia’ sebagai khalifah di bumi”. QS. an-Naml: 62), وَلَوْ نَشَآءُ لَجَعَلْنَا مِنكُم مَّلَٰٓئِكَةً فِى ٱلْأَرْضِ يَخْلُفُونَ (“Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun”. QS. az-Zukhruf: 60) dan فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ (“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti”. QS. Maryam: 59).

Adapun dalam proses penciptaannya, termaktub dalam surat Ali-Imran ayat 59 yang artinya “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia”. Pada ayat ini terdapat kalimat تراب yang memiliki arti tanah, Imam Ibnu Katsir memberikan penjelasan rinci bahwa pada penciptaan Nabi Adam sama halnya dengan Nabi Isa yang tidak memiliki bapak. Disamping itu dalam surat al-Hajj ayat 5 dan al-Hijr ayat 26 Allah swt menjelaskan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّنَ ٱلْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِى ٱلْأَرْحَامِ مَا نَشَآءُ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوٓا۟ أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرْذَلِ ٱلْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔا ۚ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنۢبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍۭ بَهِيجٍ

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang di wafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن صَلْصَٰلٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

Ibnu Abbas, Mujahid dan ad-Dhahak memberikan tafsir dalam Ibnu Katsir berkenaan dengan lafadz حٰمإ مسنون ialah tanah yang berbau busuk, adapun pendapat lain yaitu yang diberi bentuk. Dengan demikian proses penciptaan manusia berasal dari tanah yang dibentuk dan disempurnakan yang kemudian melalui Maha Agung-Nya Allah swt ditiupkan ruh pada jasadnya (QS. Shad: 72).

Kemuliaan Sang Khalifah Bumi

Menurut Qatadah yang dikutip oleh Ibnu Katsir dalam kitab Qashashul Anbiyaa bahwa sebelumnya telah ada makhluk yang diciptakan yakni kalangan jin dan bunn (sekelompok jin), selain itu Abdullah bin Umar menuturkan makhluk tersebut sudah ada 2000 tahun sebelum Nabi Adam As diciptakan. Adapun Ibnu Umar dan Ibnu Abbas berpendapat para malaikat mengetahui ketika jin melakukan pertumpahan darah di bumi, maka seketika Allah Swt mengutus malaikat untuk mengusir mereka ke laut. Sebagaimana kita ketahui penciptaan manusia pertama adalah Nabi Adam As yang diberi mandat untuk menjadi khalifah di bumi. Rencana Allah Swt tersebut mendapatkan respon dari malaikat yang mempertanyakan dalam rangka untuk mencari tahu dan mengungkap hikmah, bukan untuk membantah ataupun dengki terhadap Nabi Adam As dan keturunannya kelak atas kekhawatiran manusia yang akan merusak dan menumpahkan darah (QS. Al-Baqarah: 30).

Maha Benar Allah dengan segala keputusan-Nya, rasa khawatir tersebut di respon dengan redaksi ayat قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ (Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui) maksudnya adalah menurut Ibnu Katsir bahwa ada kemaslahatan dibalik penciptaan manusia diantaranya menjadikan mereka para Nabi, Rasul, orang-orang yang benar dan soleh. Kendati demikian dengan kasih sayang-Nya, Nabi Adam As mendapatkan anugerah dari Allah Swt berupa pengetahuan yang menjadi modal utama untuk mengemban tugas sebagai khalifah di Bumi. Bahkan karunia ini tidak dimiliki oleh malaikat, sebagaimana firman Allah Swt:

وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَـٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَـٰدِقِينَ ٣١ قَالُوا۟ سُبْحَـٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ ٣٢ قَالَ يَـٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ ۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّىٓ أَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ ٣٣

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!” Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?” (QS. Al-Baqarah: 31-33).

Keterangan ini menjadi penegasan selanjutnya dari Allah Swt melalui memberikan kemuliaan dalam hal ilmu kepada Nabi Adam As dan keturunannya. Sehingga malaikat merespon dengan menyucikan Allah Swt bahwa seseorang tidak mungkin mengetahui sebagian ilmu-Nya kecuali Dia menghendaki begitupun tidak mungkin mereka mengetahui sesuatu kecuali yang Allah Swt ajarkan kepada mereka maka para malaikat berkata قَالُوا۟ سُبْحَـٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ yakni Maha mengetahui atas segala sesuatu, Maha bijaksana pada apa yang diciptakan, perintah dan setiap pengajaran-Nya terhadap siapa yang Allah Swt kehendaki ataupun penolakan. Ini pula menjadi bukti atas hikmah dan keadilan yang Allah Swt terapkan.

Table of Contents